Cari Blog Ini

Sedikit Games

12/14/2008

ToUr dE bRoMO in PakSaAN


Ne adalah cerita aku ketika Sabtu, 6 Desember 2008, aku melakukan perjalanan panjang yang melelahkan, menyenangkan, menegangkan, dan sebagainya. Pada hari itu aku bersama 9 temanku yaitu Abay, Erwin, Rozak, Isol, Udin, Cino, Fajar, Roni, Fuad. Kami semua berencana pergi ke rumah Yusuf di Nongkojajar. Memang ada beberapa hal yang patut aku paksakan agar aku dapat turut serta menuju kesana, karena itulah cerita ini berjudul tour de bromo in paksaan. Begini ceritanya…..
Hari Jum’at, sekitar pukul 18.15, kami semua telah berkumpul di depan masjid Al-Falah di sekolah. Setelah semua angggotanya benar-benar terkumpul dan siap untuk berangkat, kami pun segera berangkat!
Dengan kecepatan tinggi kami menyusuri jalan raya, hal ini kami lakukan agar tidak sampai terlalu malam ketika sampai di rumah Yusuf. Kami semua membawa 6 motor melaju dengan kencangnya di jalan bebas hambatan Malang-Surabaya. Sampai di pertigaan menuju Nongkojajar, kami pun berhenti sejenak menunggu anggotanya kembali lengkap agar tidak ada yang tersesat. Tampak yang tertinggal lumayan jauh adalah Roni. Dia sepertinya masih mengalami pasca trauma akibat kecelakaan yang di alaminya dahulu di daerah Landungsari, sehingga sampai saat ini dia takut untuk mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Padahal di depan kami, adalah jalan naga! Jalan yang berliku-liku dan menanjak melewati lereng gunung. Jalannya gelap, dengan belokan-belokan yang cukup tajam. Setelah semua terkumpul, kami pun melanjutkan perjalanan. Menyusuri lereng gunung yang jalannya berliku-liku, gelap, dan cukup basah, aku bersama 2 motor yang berada di posisi terdepan melaju dengan cukup kencang menembus belokan-belokan tajam dalam perjalanan menuju Nongkojajar. 3 motor terdepan pun meninggalkan 3 motor yang lain di belakang agak jauh. 3 motor terdepan yaitu milikku, isol, dan Abay melaju dengan cukup kencang di posisi terdepan. Saling membalap satu sama lain. Namun, di tengah hutan, tiba-tiba laju Abay melambat. Entah kenapa tiba-tiba dia seperti itu. Hanya Isol dan Aku yang tersisa di barisan terdepan. Hampir semua motor yang kami kendarai hanya mempunyai sedikit bensin, terutama motor yang aku kendarai. Sekitar pukul 19.30, kami pun sampai di rumah Yusuf. Baihaqi pun segera bercerita kenapa dia melambat tadi. Ternyata di tengah hutan tersebut, dia tiba-tiba merasa membonceng sesuatu, jalan motornya semakin berat, dia pun merasa ada sesuatu yang dia bonceng. Padahal aku dan Isol pada saat itu berada di belakang Abay dan tidak melihat apa-apa. Sungguh menegangkan! Setelah 15 menit, akhirnya semua pun sampai.
Kami pun segera menghangatkan diri masuk ke dalam rumah karena di luar cuacanya sedang hujan. Di dalam rumah pun kami langsung di suguhi dengan buah dan sari apel, seketika karena sedang lapar dan kedinginan, kami ambil. Setelah beberapa menit, 1 teko berisi kopi pun datang, sungguh nikmatnya! Menghangatkan diri bersama teman, bercanda tawa, berbincang-bincang, dan sebagainya. Untuk hiburan, kami pun menonton film komedi bersama, melihat film tersebut sungguh membuat kami benar-benar tertawa, dan ada juga yang cukup menakutkan, karena menampilkan ketika sebuah leher yang sobek secara detail. Kami pun sampai sekitar jam 2.00 malam kami masih ada yang melakukan aktivitas. Bahkan, Erwin pun tidak tidur sama sekali. Esok paginya kami merencanakan sesuatu untuk pergi ke luar mencari udara segar. Kemana lagi kalau bukan ke Bromo??
Sepagi mungkin kita beranjak ke gunung paling aktif sedunia, awalnya kami mau menggunakan pick up milik Yusuf agar praktis menuju ke sananya. Namun, kenyataan tak berpihak, pick up Yusuf digunakan untuk panen apel. Jadi kita menggunakan motor masing-masing untuk menuju kesana. Awalnya aku agak khawatir dengan motor yang seperti itu apakah kita dapat mencapai Bromo? Dengan jalan yang semakin menanjak dan berliku-liku tampak bahwa motorku adalah yang paling lemah, motorku tidak bisa melaju di tanjakan, jadinya alon-alon asal kelakon , yang penting sampai tujuan. Tentunya dengan keadaan bahan bakar yang serba kritis seperti itu. Setelah terlihat pemandangan gunung Bromo maka kami pun berhenti sejenak untuk berfoto bersama. Setelah itu kami memperdebatkan kemana tujuan kami setelah ini, apakah kita menuju puncak gunung Penanjakan atau turun di lautan pasir dan menuju kawah gunung Bromo? Setelah debat yang cukup panjang, akhirnya diputuskan bahwa kita menuju puncak gunung Penanjakan, tempat yang biasa dikunjungi untuk melihat matahari terbit. Namun, saat itu sudah benar-benar siang, jadi ya tanpa ada matahari terbitnya. Hal tersebut kami putuskan karena kami khawatir motor kami tak mampu ketika menaiki tanjakan untuk kembali dari lautan pasir menuju Nongkojajar, dengan keadaan bahan bakar yang lumayan kritis. Setelah sampai di puncak gunung Penanjakan, kami pun segera memuaskan diri untuk berfoto bersama dengan segala pose disana, dari yang normal, gila, narsis, vulgar, dan sebagainya. Sepulangnya, tampak bahwa ban belakang motor milik Roni bocor, perjalanan pulang pun terhambat. Sampai-sampai Isol gara-gara tercengang melihat ban yang semakin kempes, hampir terperosok di tepi jalan. Yusuf pun seketika teriak kaget karena motornya menerobos tepi jalan. Dengan hati-hati kami menuruni lereng gunung Penanjakan mencari desa terdekat untuk menemukan kios tambal ban untuk motor milik Roni. Kami pun berhenti sejenak menunggu Motor Roni bannya selesai ditambal. Setelah selesai, kami pun bergegas pulang karena hari sudah cukup siang dan para orang tua sudah menunggu masing-masing anaknya di rumah, termasuk aku. Setelah sampai kembali di rumah Yusuf, kami pun bergegas bersiap-siap untuk pulang. Sekitar pukul 12.30 kami berpamitan dengan orang tua Yusuf untuk pergi pulang ke rumah masing-masing. Rozak akan berhenti di jalan raya mencari bis agar dia bisa langsung pulang ke Surabaya. Fuad pun ikut serta bersamanya. Selalu saja, 3 motor terdepan melaju dengan kencang mencari SPBU pertama untuk mengisi bahan bakar. Sekitar pukul 14.00 aku sampai di rumah dalam keadaan cukup senang namun cukup melelahkan dan tentunya sangat mengantuk karena melakukan perjalanan yang cukup panjang dan lama. Setelah semuanya selesai di kemasi dan di bersihkan, aku langsung pergi TIDUR………

Read More..

11/22/2008

OSAMA dan OBAMA gimana kabarnya???


Oleh Emmanuel SubangunDalam wawancara pertama di televisi setelah terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama langsung masuk dalam persoalan untuk mematahkan hubungan dengan rezim lama di Amerika. Tindakan simbolis yang akan dilakukan adalah menutup penjara Guantanamo, yang masih menyimpan sekitar 250 tahanan politik yang disebut kaum teroris dan tak pernah diajukan ke meja hijau.Penjara itu penuh kontroversi dan Obama mengatakan bahwa penyiksaan bukan adat politik Amerika. Dengan menutup penjara itu, satu hal yang hendak disampaikan, yaitu Amerika Serikat memiliki standar moral yang berlaku sebagai layaknya bangsa yang beradab.Pertanyaan yang segera menyergap kita adalah, apakah politik harus dikaitkan dengan moral?Bangsa anomaliSepanjang abad XX, bangsa Amerika selalu merasa diri sebagai bangsa yang istimewa. Bangsa ini menyusun negerinya dengan cara yang demokratis, menguasai teknologi yang paling maju, mengembangkan ekonomi yang paling produktif, dan menghasilkan kekuatan militer yang paling tangguh. Dan, di atas segalanya, bangsa Amerika-lah yang telah mengembangkan budaya massa yang paling berhasil, mulai dari Coca-Cola, musik, film, dan aneka macam produk konsumsi lainnya.Sebagai kekuatan raksasa, Amerika Serikat menikmati puncak kejayaannya ketika Uni Soviet jatuh tahun 1991, dan pesta kegembiraan itu direkam dengan baik oleh Fukuyama dalam sebuah buku, The End of History.
Maksudnya, di dunia ini hanya ada satu sistem politik yang ”benar”, yakni demokrasi liberal yang menjamin kelangsungan kapitalisme.Bangsa anomali dalam arti tak ada duanya di dunia ini, sejak masa itu, terus-menerus membangun gambaran diri sebagai satu-satunya pusat semesta raya. Amerika menobatkan dirinya sebagai penjaga peradaban umat manusia. Dan, nyaris seperti sebuah keyakinan agama, penjaga peradaban umat manusia itu menjalankan apa yang di dalam agama lazimnya dianggap sebagai tindakan yang tak bermoral, yakni inkuisisi.Inkuisisi artinya tindakan seorang yang ber-”agama” dan mulai menelisik siapa saja yang dia temui, apakah orang tersebut taat setia pada doktrin dan ajaran agama yang dianut oleh sang inkuistator itu.Penjara Guantanamo adalah penjara sejenis itu, sejenis hukuman yang dijatuhkan oleh Paus di Roma pada abad XVII yang menghukum Galileo karena dia menemukan teleskop dan ”melihat” bahwa dunia bukanlah pusat semesta. Kali ini sejumlah orang dari Timur Tengah yang tidak melihat bahwa Amerika adalah pusat dunia. Mereka melihat bahwa Amerika adalah pusat kemerosotan moral.Apakah dengan menutup penjara Guantanamo, Obama mampu menampilkan diri sebagai seorang presiden dari dunia modern dan bukan kepala negara yang merangkap pemimpin moral dunia alias menjadikan Amerika kurang theokratik?Dunia bergerakDi bawah George W Bush Jr, Amerika Serikat memang tak banyak beda dengan Arab Saudi atau Iran. Dan, campuran aneh antara fundamentalisme religius dan ingar-bingar kapitalisme finansial. Hal itulah yang lazim disebut dengan neo-kon atau neo-lib.Maka, untuk memahami apakah memang Obama sedang melangkah ke depan dengan melakukan perubahan, hanya dalam hubungan dengan paradigma politik yang dianut bangsa Amerika Serikat selama ini, kita akan dapat menduga daya jangkau jenis apa yang akan dapat ditawarkan oleh presiden baru ini.Dalam segi yang lebih keseharian, orang Amerika Serikat lazim dikenal sebagai orang jenis junky progress. Artinya, seseorang yang hanya kenal maju dan tak pernah kenal mundur, atau berpikir ulang atau reflektif. Sepanjang politik itu menjamin kemajuan, apa pun isi dan wataknya, tidak perlu dipersoalkan. Dan, ini disebut pragmatisme.Karena itu, jika Obama memulai tugasnya sebagai kepala negara dan memulainya dengan sebuah pesan moral yang substantif—yakni menolak penyiksaan dan merampas kemerdekaan secara semena-mena—maka pertanyaannya, Obama versus Osama ini akan menuju ke arah mana?Padamnya amerikanismeDi dunia yang bergerak cepat, salah satunya yang paling menyesatkan para politikus adalah kenyataan bahwa realitas nation state sepenuhnya mulai usang. Globalisasi dan informasi menjadikan lenyapnya ”pusat”, juga dalam sistem dunia.Sekarang sudah tak berlaku lagi pandangan bahwa ada dunia pusat dan pinggiran. Sektor pinggiran ada di Amerika Serikat, seperti juga ada sektor pusat di Indonesia. Negara—yakni nation state—semakin tergeser oleh masyarakat dan pasar dengan sektor-sektornya, dan kaitan antarsektor yang tersebar di seluruh dunia itu lalu membentuk sistem sendiri.Dengan kata lain, amerikanisme yang selama ini dianggap sebagai obor dunia sudah padam. Apa pun yang dilakukan oleh kaum politik Amerika, mulai dari presiden sampai kaum lobiis, tidak akan mungkin menyalakan kembali obor yang dianggap pernah ada.Mengaitkan politik dengan moral tak meringankan sedikit pun kesengsaraan yang menyebar di seluruh dunia yang disebabkan oleh pesta pora kapitalisme bangsa Amerika yang menimbulkan resesi di seluruh dunia sekarang ini.Emmanuel Subangun Sosiolog Read More..